Ciri Khas Daerah Situbondo
Batik Situbondo adalah Batik asli yang berasal dari kabupaten Situbondo. Motif batik ini kebanyakan bermotif kerang karena utara Kabupaten Situbondo ini terdapat pesisir. Sejarah batik telah sejak lama, banyak versi tentang keberadaan batik di Situbondo zaman dahulu. Mulai dari batik yang ada di desa Selowogo Kecamatan Bungatan, menurut penjelasan dari salah satu narasumber bahwa batik di Situbondo telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Batik di Situbondo sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970 atau sebelumnya, hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan kain batik yang ada di Desa Peleyan Kecamatan Kapongan (namun lebih dikenal dengan cotto'an). Namun seiring beberapa permasalahan yang terjadi, menyebabkan batik yang ada di Situbondo (dengan motif seperti motif madura) mati suri. Perkembangan Batik Khas Situbondo mulai dengan babak baru sejak tahun 1994 di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan.Berikut sekilas sejarahnya.
BATIK LENTE
Pembuatan seni batik di Situbondo diawali, dirancang dan dikerjakan oleh muda mudi yang tergabung dalam karang taruna TUNAS HARAPAN Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo pada dekade 1994 s/d 1999 yang pada saat itu dilatih oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Situbondo. Nama Bujuk Lente diambil dari pembabat/pendiri Desa Selowogo. Namun dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi, modal kurang, dan bencana alam yang memusnahkan semua asset-asset perbatikan di Selowogo. Waktu terus berjalan seiring dengan perkembangan seni batik, sekarang ada suatu keinginan yang kuat dari pengerajin Batik Lente untuk mengembangkan kembali potensi yang ada di wilayah Selowogo, maupun kesempatan untuk mengembangkan khasanah seni di Situbondo dengan memunculkan motif khas Situbondo Hari Jadi Kabupaten Situbondo merupakan babak baru dalam sejarah perkembangan peradapan salah satu kota tapal kuda di Jawa Timur untuk mencari jati diri dan sebagai bentuk refleksi perkembangan Kabupaten Situbondo tentunya harus memilki ciri khas masyarakat Situbondo sebagai symbol social budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat dikenal dalam kehidupan masyarakat. Secara geografis Kabupaten Situbondo berada di pesisir sebelah utara pulau Jawa yang wilayahnya dari ujung barat sampai timur memiliki pantai sepanjang 141 km, posisi Situbondo yang demikian memilki potensi kekayaan laut yang cukup melimpah yang dapat dijadikan sebagai asset dalam pencitraan diri baik potensi pengelolahan kekayaan yang ada di laut maupun keindahan panorama pantai sebagai daerah wisata bahari. Sebagai daerah wisata, Pemerintah Kabupaten Situbondo telah mengelola pantai Pasir Putih sebagai obyek wisata bahari yang sudah dikenal di dalam maupun di luar negeri. Selain keindahan pantai disana juga tersedia beberapa kerajianan yang berbahan baku dari kerang. Kerang merupakan kekayaan laut yang dapat dikembangkan dan memilki nilai seni yang cukup tinggi di tangan seniman masyarakat Situbondo, hal ini dibuktikan dengan kerajinan mereka yang dapat diopasarkan baik wilayah lokal sampai keluar negeri melalui pulau Dewata Bali. Kini kerang yang memiliki nilai seni yang tinggi kita sentuh kembali dan kita jadikan sebagai salah satu simbol kekayaan daerah, oleh karena itu untuk mengekspresikan kekayaan tersebut, kerang dibuat sebagai dasar motif batik yang nantinya akan menjadi ciri khas Batik Situbondo yang selama ini masih belum memiliki ciri khas. Pemilihan kerang sebagai motif Batik Situbondo sangatlah tepat karena daerah lain masih belum mengidentifikasi sebagai ciri khas daerah. Dengan memiliki ke khasan maka Kabupaten Situbondo akan lebih dikenal di luar daerah dan merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.
Batik
Makanan Khas Situbondo
Kalau anda kira bubur sayur yang terkenal hanya bubur manado saja, tunggu dulu sampai anda datang ke Situbondo. Situbondo memiliki kuliner khas yang sama sekali anda tidak boleh anda lewatkan. Kuliner sarapan pagi khas Situbondo ini berupa bubur sayur dan diberi bumbu kacang yang lezat.
Tajin Palapa sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bubur bumbu’. Karena kebanyak warga Situbondo berasal dari Madura, makanya mereka menamai bubur ini dengan bahasa Madura. Tajin Palapa ini memang benar berbentuk bubur, tapi elas rasanya berbeda dengan bubur yang biasa kita temui. Bumbu yang dipakai untuk membuat Tajin Palapa adalah bumbu pecel, tapi lebih encer, dan jika anda mau, anda bisa menambahkan petis agar lebih terasa gurih. Selain bumbu pecel, ada juga sayuran seperti kangkung dan tauge serta jangan lupa gorengan seperti bakwan sebagai pelengkap lauknya. Benar-benar tak terkira lezatnya. Cara penyajiannya, pertama tuang bubur di mangkuk, beri kangkung dan tauge, lalu siram bumbu pecelnya dan terakhir diberi irisan bakwan. Anda bisa menambahkan kerupuk agar bertambah meriah acara sarapan anda. Para penjual Tajin Palapa ini biasanya mangkal di trotoar atau dipinggir jalan seperti di jalan cendrawasih, jalan kenanga dan jalan semeru. Tapi ada juga yang menjajakannya sambil berkeliling ke rumah-rumah. Anda juga bisa menemukan Tajin Palapa saat Pemda Situbonda mengadakan festival kuliner. Tajin Palapa lebih mudah ditemukan saat pagi hari atau bisa dibilang sebagai menu sarapannya Situbondo. Harganya pun sangat terjangkau, sekitar Rp. 2000,- sampai Rp. 4000,- saja. Tapi kalaupun anda tak sempat membelinya, anda bisa mencoba membuatnya sendiri di rumah, menarik bukan. (Hikari/ensiklopediaindonesia.com)
Kebudayaan Khas Situbondo
Bentuk rasa syukur kepada Allh SWT atas segala limpahan karunianya banyak macamnya. Namun bagi komunitas nelayan, menunjukkan rasa syukur atas melimpahnya hasil tangkapan laut serta selalu selamat tanpa bencana serta rintangan apapun, hanya dikenal dengan ritual "Petik Laut" dan "larung saji".
Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Kilen Sari, Kecamatan Panarukan. Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tari gandrung banyuwangi. Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan "petik laut untuk melestarikan budaya bangsa". Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. "Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari," ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.
Tradisi tersebut juga diyakini mampu membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi nelayan yang ditandai melimpahnya ikan (hasil laut). Jadi tidak heran lagi jika dalam upacara pelarungan sesaji ketengah laut saat itu juga diikuti ratusan kapal nelayan Pondok Mimbo, yakni warga nelayan yang ada dikawasan Banyuputih. Mereka berjejer disamping kiri kanan dan belang sesaji sehingga ketengah laut. Begitu iring-iringan perahu pembawa sesaji tiba ditengah laut, sesaji ditenggelamkan. Begitu perahu membawa sesaji atau gethek tenggelam, mereka langsung berebut mengambil air laut yang ada disekitar prahu saji untuk disiramkan keperahunya. Acara tahunan tersebut kian meriah dengan hadirnya Bupati Ismunarso, Wabub. Suroso, jajaran Muspida, dan Muspika Panarukan. Dalam Sambutannya, Ismunarso berharap budaya petik laut di Kilen sari dipertahankan dan dilestarikan. Sehingga mampu menjadi salah satu aset Daerah. "Dengan kegiatan ini, semoga akan mampu mempermudah masyarakat nelayan mendapatkan rejeki dan selalu selamat dalam setiap kegiatan di laut."
Inilah beberapa gambar, tradisi petik laut berlangsung:
Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Kilen Sari, Kecamatan Panarukan. Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tari gandrung banyuwangi. Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan "petik laut untuk melestarikan budaya bangsa". Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. "Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari," ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.
Inilah beberapa gambar, tradisi petik laut berlangsung:
0 comments:
Post a Comment